Selasa, 15 Juni 2010

DEBU DEBU IMAN DI LANGIT RIYADH

subhanalloh...
kata itu yang pertama kali ku lukiskan di deretan pertama tulisan yang menjadi saksi sore yang cerah setelah ribuan titik hujan memenuhi kota ini tadi pagi
kalender kecil disakuku mengingatkanku akan hitungan hari yg kurasakan kian cepat berpacu meninggalkan pemalas pemalas yg hanya diam menyianyiakan jam jam yg berharga ini,
dia membisikanku bahwa hari ini sudah memasuki bulan ke lima sejak pesawat saudi arabian airlines mendaratkanku di bandara king abdul aziz januari lalu. sejak saat dimana telah kurelakan sebagian masa mudaku akan tertahan disini. meninggalkan semua keindahan dan luka luka yg ku genggam menjadi satu keyakinan bahwa pilihanku benar saat itu

subhanalloh..
kata itu ku ulangi lagi, pujian yang selalu ku ulang ulang untuk kebesaranmu wahai alloh yang telah menakdirkanku menjadi bagian dari kota ini, kota yang bahkan tak pernah ku bayangkan dalam rangkaian cita cita yang ku susun susun saat aku duduk di sma atau saat saat berat kuliahku di kota bandung indonesia
tapi bisikan hidayahmu benar tuhan, pilihan takdirmu kusyukuri
engkau telah memilihkan kepadaku kota ini dari kota kota megah lain yang dulu mengacaukan pilihanku

subhanalloh..
perlahan tapi pasti, aku mulai menikmati aktifitas kota ini. kota yang tidak pernah mati sejak bendera islam dikibarkan muhammad rasulluloh sallallohu alaihi wasalam berbelas belas abad lalu..
bahkan jauh sebelum itu, saat ibrahim 'alaihisalam meletakan batu pertama ka'bah baitullah yang sampai saat ini tetap aman dan terjaga, tak ada tangan kotor yg berani menyentuhnya
tepat seperti janji tuhan pencipta alam semesta dalam alqur'an karim yg kebenarannya sampai saat ini menggetarkan zionis-israel yg sangat kubenci dengan seluruh tauhidku

tak kuragukan jiwaku merasa puas yg luar biasa ketika nafasku bersatu dengan aroma debu gurun pasir yang sekarang sudah berubah menjadi taman taman hijau dan gedung gedung raksasa yg seakan ingin menghilangkan kesan bahwa beberapa abad lalu tempat ini hanyalah batu dan gurun tandus yg tidak dilirik siapapun. gurun tandus yang letak ujungnnya saja tak bisa dibayangkan

wahai rasull sallalohu'alaihissalam,
lahan perjuangan khilafahmu dulu kini sudah menjadi hamparan kota yg menakutkan...
gurun pasir tempatmu membenamkan wajahmu yang mulia dalam setiap sholatmu kini sudah berlapis marmer dan langitnya dipenuhi lampu lampu digital yang menyilaukan...
apakah aku terlambat datang ke kotamu? sekarang cerita historikalmu sudah berubah menjadi metropolis yg sombong...

disinilah aku berdiri, diantara gedung pencakar langit itu, diantara istana istana besar yg tak ku ketahui dimana ujungnya menatap dan memperhatikan detik detik hari yg semakin cepat berganti
home far away from home...

jiwaku puas saat semua misteri harapan itu kupecahkan menjadi butir butir nyata di kota ini. semuanya terjawab sudah, hasratku yang dulu hedonis melebur bersama debu debu di kota ini

jiwaku puas saat gema adzan terlantun menggelegar memecah kesibukan kota dan menarik penghuninya yang beruntung untuk shalah bersama, merendahkan jiwa raganya dn menghadapkan wajahnya tepat ke arah baitulloh yg ada disebrang kota sana

terasa indahnya berjamaah, ketika berdiri satu shaf bersama muslim mesir, arab, jordania, libanon bahkan muslim dari pakistan, india dan bangladeshi yang rata rata berjenggot tebal rimbun meneduhkan wajahnya yg zuhud..
air mataku menetas saat gemuruh serentak lafal 'aamiiin' segera terdengar dari mulut mulut jemaah dengan pronounsiasi mereka yg beragam, tepat setelah sang imam yg bertubuh kekar menyelesaikan ayat ke tujuh al-fatehah..

begitu indah, hingga aku lupa bahwa aku punya negri yg hijau, negri yang dimana aku bisa berwudhu bersama ikan ikan di sungai sungainya yang mengalir bening dikampung kakeku yg sekarang tinggal sejarah
negri yg kutinggalkan demi janjiku untuk membahagiakan 'pahlawan sejatiku' yaitu ayahku dan 'sang syahidah yg masih hidup' yaitu ibuku atau kedua harapanku yang selalu membuatku tersenyum dalam luka yaitu ade adeku yg menumpukan masa depannya dibahuku

aku mulai jatuh cinta sama kota ini. jadikan catatan ini sebagai bukti syukurku kepadamu ya alloh.
alhamdulillah, segala puji bagimu, yg menghiasi dunia ini dengan keindahan keindahan yg tersembunyi dan nyata dihadapan.
beri kesempatan kepada saudaraku di negri lain untuk segera bertamu ke kotamu, bisikan hidayah lembutmu ke hati hati mereka tuhan.
agar mereka bisa keindahan debu debu iman yang bertebaran di langit riyadh
agar mereka bisa merasakan kebahagiaan kecil yg kunikmati sore ini...

catatan harian; riyadh sore tadi 15.30.pm ksa, 2 mei, 2010.
catatan ini kupersembahkan atas nama riduku kepada adeku ari - ira, bapa dan umi di indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar