Senin, 14 Juni 2010

Proyek Pencucian Otak Umat Islam

Bila di masa lalu dan masa-masa Kolonialisme Barat atas dunia Islam, permusuhan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Kristen berbentuk fisik, maka belakangan ini bentuk penghancuran terhadap Islam mengambil bentuk yang lebih smart. Perang yang mereka lakukan bukan lagi perang angkat senjata, melainkan perang pemikiran.

Sepanjang sejarah peperangan fisik antara Yahudi-Kristen dengan umat Islam, umat Islam lebih banyak tercatat mendapatkan kemenangan daripada kekalahan. Kerugian yang mereka alami tidak lagi terhitung. Hari ini saja dapat kita saksikan betapa kuat dan tegarnya umat Islam di Palestina, Afghanistan, Libanon, dan belahan dunia Islam lain yang tengah berhadapan secara fisik dengan musuh-musuh mereka. Hujaman senjata malah semakin mudah membangkitkan militansi dan semakin mengobarkan semangat jihad.

Melihat kenyataan itu, musuh-musuh Islam, terutama Yahudi dan Nashrani semakin sadar bahwa melumpuhkan umat Islam hanya mengandalkan kekuatan senjata sia-sia belaka. Harus ada cara lain yang lebih ampuh, lebih tepat, dan lebih berbahaya bagi umat Islam. Dan mereka menemukannya dengan baik: perang pemikiran (ghazwul-fikr).

Pemikiran adalah basis dari keyakinan (akidah). Keyakinan umat Islam yang begitu kuat terhadap ajaran agamanya adalah sumber dari segala kekuatan umat Islam. Perang-perang fisik sejak zaman Rasulullah sampai sekarang dapat dihadapi umat Islam secara prima hanyalah disebabkan keyakinan (iman) yang begitu kuat. Tanpa itu mustahil ada kekuatan dahsyat dalam diri umat Islam yang tidak ditemukan pada yang lain. Berbagai teori ilmiah modern dapat membuktikan betapa hebatnya pengaruh pikiran dan keyakinan (the power of mind).



Oleh sebab itu, mereka kemudian mulai mengubah strategi menghadapi umat Islam. Samuel Zwimmer pada Konferensi Missionaris di Yerussalem menulis prasaran mengenai strategi baru ini sebagai berikut.

Misi utama kita sebagai orang Kristen bukan menghancurkan kaum Muslimin, namun mengeluarkan orang Islam dari Islam, agar jadi orang Muslim yang tidak berakhlak. Dengan begitu akan terbuka pintu bagi kemenangan imperialis di negeri-negeri Islam. Tujuan kalian adalah kaum penjajah, generasi yang malas, dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsunya.

Di dalam mata rantai kebudayaan Barat, gerakan misi mempunyai dua tugas: menghancurkan peradaban lawan (Baca: peradaban Islam) dan membina kembali dalam bentuk peradaban Barat. Ini perlu dilakukan agar Muslim dapat berdiri pada barisan budaya Barat hingga akhirnya muncul generasi Muslim yang memusuhi agama sendiri.

Melalui strategi baru ini, yang kini lebih difokuskan Yahudi-Nashrani untuk melumpuhkan umat Islam adalah bagaimana menyerang pikiran-pikiran umat Islam agar semakin lemah keyakinannya. Saat keyakinan umat Islam lemah, akan dengan mudah mereka dilumpuhkan. Tidak ada lagi fondasi kuat yang dapat mempertahankan amal-Islamiyah yang harus mereka kerjakan.

Ketika umat Islam telah ditelikung oleh hedonisme dan materialisme, “pahala” dan “ampunan (maghfirah) Allah” yang diyakini umat Islam sebagai reward paling besar bagi perbuatan yang mereka lakukan segera akan hilang dalam ruang memori pikiran umat. Surga dan neraka dianggap hanya omongan iseng kiai dan ustadz yang berceramah. Keyakinan yang mereka pegang kali ini adalah bahwa kesenangan dan segala reward yang penting dan nyata hanyalah apa yang dirasakan di dunia ini: materi (wealth and satisfaction). Di luar itu hanya omong kosong.

Keyakinan Islam sebagian besar dibangun oleh hal-hal ghaib (tidak terindra). Allah, surga-neraka, pahala-siksa, akhirat, takdir, malaikat, wahyu, dan sebagainya. Semuanya tidak pernah secara langsung dapat ditangkap alat indra. Hanya pikiran yang dapat menyimpan dan mereproduksinya dengan baik. Pikiran yang menyimpan keyakinan-keyakinan ghaib inilah yang membentuk sistem keyakinan umat Islam. Inilah yang melahirkan kekuatan besar umat Islam sepanjang sejarah.

Ketika gelombang materialisme dan hedonisme yang kasat mata melanda umat Islam, pada saat yang sama segala unsur kegaiban dianggap sebagai ilusi dan omong kosong. Iman sudah tidak akan ada lagi di dada. Perbuatan yang muncul pun sudah tidak mungkin lagi didorong oleh motivasi “pahala-dosa” “surga-neraka” dan semisalnya. Segala perbuatan hanya akan muncul karena motivasi yang meterialistik dan hedonistik. Saat itulah sudah tidak akan ada lagi amal Islami.

Kalau umat Islam sudah tidak punya lagi motivasi ukhrawi, tidak akan ada lagi semua amal yang membahayakan musuh-musuh Islam. Bahkan akan dengan mudah umat Islam dibelokkan segala perbuatannya menjadi sama seperti apa yang dilakukan oleh musuh-musuhnya, Yahudi dan Nashrani. Di sinilah kebenaran abadi firman Allah Swt., Dan sekali-kali orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah ridha kepadamu sampai kamu mengikuti agama (millah) mereka (QS Al-Baqarah [2]: 120).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar