Satu persatu para tertuduh teroris ditangkapi dan sebagian insyha Allah syahid ditangan Densus 88, dan disisi lain kasus besar tenggelam bersama matinya para “teroris”, masyarakatpun berlahan-lahan melupakan kasus yang merugikan Negara milyaran rupiah yang menyeret nama-nama penting petinggi Negara ini. Maka Negara telah berhasil menyimpan borok-borok para pejabatnya dan berhasil pula menjadikan para “teroris” sebagai biang keladi carut marut dan salah urus Negara.
Dari sini kita bisa menarik kesimpulan, bila ada kasus yang yang menyeret para pejabat tinggi maka penyelesaiannya sangat mudah, cari orang berjenggot,celana cingkrang, istrinya bercadar lalu di tembak mati di tempat, dan diberitakan secara besar-besaran bahwa polisi berhasil menggagalkan aksi terorisme yang mengangu kedaulalatan Negara, secara otomatis perhatian public akan tertuju kepada para “teroris” dan pelan-pelan akan “memaafkan” dosa para pejabat Negara yang mengemplang uang rakyat.
Ini adalah pembodohan yang dilakukan Negara secara sistematis yang dibantu oleh media-media yang memang tidak pernah berpihak kepada umat Islam, apalagi yang vocal dalam menyuarakan formalisasi syari’at Islam dalam berbangsa dan bernegara. Lengkap sudah sandiwara orang-orang yang benci terhadap Islam, cukup kerja sekali mendapat keuntungan yang besar, membunuh karakter umat Islam dan menyelamatkan orang-orang yang haus kekuasaaan dan perampok uang rakyat.
Ini adalah kejahatan besar, dimana putra-putra terbaik bangsa gugur ditangan penguasa tanpa pengadilan, tanpa pembelaan, bak sampah masyarakat penguasa dengan seenaknya sendiri menangkap menembaki dan menyiksa untuk mengalihkan isu dan menutupi kebejatan kroni-kroninya, kawan-kawan politiknya dari jeratan hukum.
Maka dari sini kita yakin bahwa demokrasi itu bukan milik kita, kebebasan bicara bukan untuk kita dan keadilan dan kesejahteraan itu bukan milik kita, itu hanya untuk mereka. Karena semua itu didapatkan mereka dengan menumpahkan darah-darah saudara kita, memeras keringat kaum miskin di negeri ini yang mayoritas adalah umat Islam, menjual negeri yang subur dan kaya anugerah Allah SWT untuk umat Islam kepada para penjajah, dan yang paling menjijikkan adalah merampok uang Negara untuk kepentingan diri mereka.
Tak layak kita ikuti jalan-jalan kotor mereka, kita terlalu terhormat untuk berpesta dengan mereka, bercampur baur dengan mereka, tidak sama orang yang yang hatinya mati dengan orang-orang yang masih punya hati nurani, maka bila ada orang Islam yang bangga duduk bersama mereka, menikmati jamuan mereka, berarti telah mengkhianati setiap darah umat Islam yang tumpah, anak-anak kaum muslimin yang mati kelaparan dan kaum muslimin yang terus-menerus ditindas para pengauasa atas nama demokrasi semu mereka.
Dari tragedy ini Kesimpulannya adalah, umat hendaknya cerdas, kebencian mereka terhadap Islam membuat mereka mengunakan segala cara untuk mematikan nyawa bahkan ideology islam kita, dan setiap episode kehidupan ini, Allah menyuruh kita untuk mengambil pelajaran dan lebih berhati-hati dalam melangkah, karena hati-hati dalam melangkah adalah ciri takwa.
Oleh : Hanif
[muslimdaily.net]
Dari sini kita bisa menarik kesimpulan, bila ada kasus yang yang menyeret para pejabat tinggi maka penyelesaiannya sangat mudah, cari orang berjenggot,celana cingkrang, istrinya bercadar lalu di tembak mati di tempat, dan diberitakan secara besar-besaran bahwa polisi berhasil menggagalkan aksi terorisme yang mengangu kedaulalatan Negara, secara otomatis perhatian public akan tertuju kepada para “teroris” dan pelan-pelan akan “memaafkan” dosa para pejabat Negara yang mengemplang uang rakyat.
Ini adalah pembodohan yang dilakukan Negara secara sistematis yang dibantu oleh media-media yang memang tidak pernah berpihak kepada umat Islam, apalagi yang vocal dalam menyuarakan formalisasi syari’at Islam dalam berbangsa dan bernegara. Lengkap sudah sandiwara orang-orang yang benci terhadap Islam, cukup kerja sekali mendapat keuntungan yang besar, membunuh karakter umat Islam dan menyelamatkan orang-orang yang haus kekuasaaan dan perampok uang rakyat.
Ini adalah kejahatan besar, dimana putra-putra terbaik bangsa gugur ditangan penguasa tanpa pengadilan, tanpa pembelaan, bak sampah masyarakat penguasa dengan seenaknya sendiri menangkap menembaki dan menyiksa untuk mengalihkan isu dan menutupi kebejatan kroni-kroninya, kawan-kawan politiknya dari jeratan hukum.
Maka dari sini kita yakin bahwa demokrasi itu bukan milik kita, kebebasan bicara bukan untuk kita dan keadilan dan kesejahteraan itu bukan milik kita, itu hanya untuk mereka. Karena semua itu didapatkan mereka dengan menumpahkan darah-darah saudara kita, memeras keringat kaum miskin di negeri ini yang mayoritas adalah umat Islam, menjual negeri yang subur dan kaya anugerah Allah SWT untuk umat Islam kepada para penjajah, dan yang paling menjijikkan adalah merampok uang Negara untuk kepentingan diri mereka.
Tak layak kita ikuti jalan-jalan kotor mereka, kita terlalu terhormat untuk berpesta dengan mereka, bercampur baur dengan mereka, tidak sama orang yang yang hatinya mati dengan orang-orang yang masih punya hati nurani, maka bila ada orang Islam yang bangga duduk bersama mereka, menikmati jamuan mereka, berarti telah mengkhianati setiap darah umat Islam yang tumpah, anak-anak kaum muslimin yang mati kelaparan dan kaum muslimin yang terus-menerus ditindas para pengauasa atas nama demokrasi semu mereka.
Dari tragedy ini Kesimpulannya adalah, umat hendaknya cerdas, kebencian mereka terhadap Islam membuat mereka mengunakan segala cara untuk mematikan nyawa bahkan ideology islam kita, dan setiap episode kehidupan ini, Allah menyuruh kita untuk mengambil pelajaran dan lebih berhati-hati dalam melangkah, karena hati-hati dalam melangkah adalah ciri takwa.
Oleh : Hanif
[muslimdaily.net]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar